"Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia (TUHAN), tetapi dia tidak menuruti perintahNya, dia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran." (1 Yohanes 2:4)
Diantara semua julukan yang tidak kita sukai, rasanya julukan Pendusta termasuk yang berada di urutan teratas. Kita akan sangat marah dan tersinggung jika seseorang menjuluki kita sebagai pendusta.
Namun bagaimana jadinya jika Tuhan sendiri yang menjuluki kita demikian?
Ditengah-tengah dunia yang permisif ini, rasanya kian terasa sukar untuk hidup dengan standar Firman Tuhan. Jalur-jalur kompromi terasa lebih mudah dan ringkas dalam menyelesaikan banyak persoalan. Menerapkan standar Tuhan dalam mengatasi perkara-perkara kehidupan terasa sebagai idealisme yang terlalu tinggi.
Namun setelah melakukan semua itu, kita dapat dengan santainya memasuki rumah Tuhan di hari minggu. Bernyanyi dengan tangan terangkat, menyatakan betapa kita cinta padaNya. Bahkan tidak jarang sambil menitikan airmata.
Sadarkah kita apa perasaan Tuhan dengan cara hidup kita yang seperti ini?
Tidak hanya di area pekerjaan dan bisnis. Bagaimana dengan apa yang terjadi di pikiran dan hati kita? Masihkah kita menjaga hati dan pikiran kita sesuai firmanNya?
Lagipula, siapakah yang dapat tahu apa yang kita pikirkan dan rasakan?
Yaah, memang Pak Pendeta tidak akan bisa memantau apa yang terjadi di dalam batin Anda.
Tapi sadarilah bahwa tidak ada satupun yang luput dari perhatian Tuhan.
Sobat, kekristenan kita tidak boleh hanya hingar bingar heboh di dalam gedung gereja.
Namun kekristenan kita harus jadi realita yang kita hidupi ditengah-tengah dunia.
Jika kita berkata: "kita mengasihi Tuhan", maka kasih kita padaNya tidak akan hanya kita tunjukkan di gereja, tapi juga diseluruh gerak langkah keseharian kita.
Sebab kita bukan pendusta, dan tidak mau dijuluki pendusta yg hanya manis dibibir saja.
Kalau kita sungguh mengasihi Tuhan, maka kita pasti akan dgn senang hati menyelaraskan hidup kita sesuai perintahNya.
Selamat mengasihi Tuhan.
Pdt. Assaf Imanuel